Showing posts with label PENJELASAN TENTANG ILMU YANG FARDHU KIFAYAH bag. 1. Show all posts
Showing posts with label PENJELASAN TENTANG ILMU YANG FARDHU KIFAYAH bag. 1. Show all posts

Wednesday, November 23, 2011

Bab Kedua : Penjelasan tentang ilmu yang fardhu kifayah


PENJELASAN  TENTANG    ILMU    YANG    FARDHU    KIFAYAH bag. 1
ihya bab .2 jilid. 1


Ketahuilah bahwa fardhu tidak berbeda dengan selainnya kecuali dengan menyebutkan bagian-bagian ilmu.
Sedangkan ilmu-ilmu dengan dinisbatkan kepada fardhu yang kita hadapi adalah terbagi kepada syara' dan bukan syara'.

Saya maksudkan dengan syara' adalah sesuatu yang diambil dari para Nabi as (shalawatullah 'alaim wa salamuhu) dan akal tidak menun­jukkan kepadanya seperti berhitung, tidak pula percobaan seperti kedokteran, dan tidak pula pendengaran seperti bahasa.

Sedangkan ilmu-ilmu yang bukan syara' itu terbagi kepada sesuatu yang terpuji, sesuatu yang tercela, dan sesuatu yang boleh (mubah).

Ilmu yang terpuji adalah sesuatu yang berkaitan dengan kemaslahatan urusan-urusan dunia seperti kedokteran dan berhitung.
وذلك ينقسم إلى ما هو فرض كفاية وإلى ما هو فضيلة وليس بفريضة
Ilmu itu ter­bagi kepada sesuatu yang fardhu kifayah dan sesuatu yang fadhilah (utama) namun tidak fardhu.
أما فرض الكفاية فهو علم لا يستغنى عنه في قوام أمور الدنيا كالطب إذ هو ضروري في حاجة بقاء الأبدان وكالحساب فإنه ضروري في المعاملات وقسمة الوصايا والمواريث وغيرهما
Adapun fardhu kifayah adalah setiap ilmu yang tidak dapat tidak dibutuhkan dalam menegakkan urusan-urusan dunia seperti kedok­teran karena, kedokteran itu suatu kepastian (dharuri) dalam kebutuhan dalam menjaga kekalnya tubuh. Dan seperti berhitung karena itu pasti dibutuhkan dalam pergaulan, membagi wasiat, warisan dan lain-lain.
وهذه هي العلوم التي لو خلا البلد عمن يقوم بها حرج أهل البلد وإذا قام بها واحد كفى وسقط الفرض عن الآخرين فلا يتعجب من قولنا إن الطب والحساب من فروض الكفايات
Inilah ilmu-ilmu yang seandainya suatu negeri tidak ada orang yang menegakkannya maka penduduk negeri itu berdosa. Dan apa­bila seorang menegakkannya maka cukuplah dan gugurlah fardhu itu dari orang-orang lain. Maka tidak heran terhadap perkataan kami bahwa kedokteran dan hitung termasuk fardhu kifayah.
فإن أصول الصناعات أيضا من فروض الكفايات كالفلاحة والحياكة والسياسة بل الحجامة والخياطة فإنه لو خلا البلد من الحجام تسارع الهلاك إليهم وحرجوا بتعريضهم أنفسهم للهلاك
 Sesungguh­nya pokok-pokok perindustrian juga termasuk fardhu kifayah seperti pertanian, perajutan dan politik bahkan pembekaman gan penjahitan karena seandainya negeri itu kosong dari tukang bekam maka kebi­nasaan segera melanda mereka, dan mereka berdosa karena membiar­kan diri mereka untuk hancur

.فإن الذي أنزل الداء أنزل الدواء وأرشد إلى استعماله وأعد الأسباب لتعاطيه فلا يجوز التعرض للهلاك بإهماله
 Karena Dzat Yang menurunkan penyakit adalah menurunkan obat, menunjukkan pemakaiannya dan menye­diakan sebab-sebab untuk memperolehnya. Maka tidak boleh mem­biarkan kehancuran karena melalaikannya.
وأما ما يعد فضيلة لا فريضة فالتعمق في دقائق الحساب وحقائق الطب وغير ذلك مما يستغنى عنه ولكنه يفيد زيادة قوة في القدر المحتاج إليه
Adapun yang dipandang keutamaan, bukan fardhu maka men­dalami mengenai detail-detail hitungan, hakikat-hakikat kedokteran dan lain sebagainya adalah termasuk sesuatu yang dapat tidak dibu­tuhkan tetapi memberi faidah menambah kemampuan yang dibutuh­kan.
وأما المذموم فعلم السحر والطلسمات وعلم الشعبذة والتلبيسات
Adapun ilmu yang tercela adalah ilmu sihir, mantera-mantera, membalik pandangan mata dan menutup hakikat sesuatu.
وأما المباح منه فالعلم بالأشعار التي لا سخف فيها وتواريخ الأخبار وما يجري مجراه
Adapun ilmu yang mubah maka ilmu syi'ir (puisi) yang tidak porno, sejarah-sejarah berita dan sesuatu yang sejalan dengan itu.
أما العلوم الشرعية وهي المقصودة بالبيان
Adapun syara' itulah yang dimaksud- untuk diterangkan.
فهي محمودة كلها ولكن قد يلتبس بها ما يظن أنها شرعية وتكون مذمومة فتنقسم إلى المحمودة والمذمومة أما المحمودة فلها أصول وفروع ومقدمات ومتممات وهي أربعة أضرب
Ilmu-­ilmu itu seluruhnya terpuji.
Ilmu itu mempunyai pokok-pokok, cabang-cabang, pendahuluan-pendahuluan dan penyempurna­penyempurna. Itu ada empat macam, yaitu :
الضرب الأول الأصول وهي أربعة كتاب الله عز وجل وسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم وإجماع الأمة وآثار الصحابة
a.       Pokok-pokok (ushul) itu ada empat,
b.       yaitu Kitabullah, Sunnah RasulNya as., ijma' ummat dan atsar shahabat.
   والإجماع أصل من حيث إنه يدل على السنة فهو أصل في الدرجة الثالثة وكذا الأثر فإنه أيضا يدل على السنة لأن الصحابة رضي الله عنهم قد شاهدوا الوحي والتنزيل وأدركوا بقرائن الأحوال ما غاب عن غيرهم عيانه وربما لا تحيط العبارات بما أدرك بالقرائن    
 Ijma' itu pokok dari segi bahwa itu menunjuk atas sunnah. Ijma' adalah pokok dalam tingkatan ketiga. Demikian juga atsar maka itu juga menun­juk atas sunnah karena para shahabat itu menyaksikan wahyu dan penurunannya, dan mereka dengan karinah-karinah keadaan dapat mengetahui apa yang ghaib (tidak diketahui) oleh selain mereka. Dan barangkali kalimat-kalimat tidak cukup untuk mengungkap­kan apa yang diketahui dengan karinah-karinah.
فمن هذا الوجه رأى العلماء الاقتداء بهم والتمسك بآثارهم وذلك بشرط مخصوص على وجه مخصوص عند من يراه ولا يليق بيانه بهذا الفن الضرب الثاني الفروع وهو ما فهم من هذه الأصول لا بموجب ألفاظها
Maka karena segi ini, para ulama berpendapat untuk mengikuti mereka dan meme­gangi atsar mereka. Demikian itu dengan syarat yang khusus atas segi yang khusus bagi orang yang berpendapat demikian itu.

بل بمعان تنبه لها العقول فاتسع بسببها الفهم حتى فهم من اللفظ الملفوظ به غيره كما فهم من قوله عليه السلام لا يقضي القاضي وهو غضبان حديث لا يقضي القاضي وهو غضبان متفق عليه من حديث أبي بكرة أنه لايقضي إذا كان خائفا أو جائعا أو متألما بمرض
Dan tidak layak untuk menjelaskannya dalam vak ini.
d.       Cabang (furu') yaitu sesuatu yang difahami dari pokok-pokok ini,
      
bukan dengan kepastian lafal-lafalnya tetapi dengan pengertian­-pengertian yang diketahui oleh akal. Oleh sebab itu meluaslah pemahaman itu sehingga dari lafal itu difahami oleh apa yang dila­falkan oleh lafal lainnya sebagaimana difahami dari sabda beliau SAW :

Artinya : "Hakim itu tidak menghukumi di mana  ia dalam keadaan marah " Muttafaq 'alaih dari hadits Abi Bakrah.

la tidak menghukumi apabila menahan air kencing, lapar atau merasa sakit.
وهذا على ضربين
Ini terbagi dua macam, yaitu
أحدهما يتعلق بمصالح الدنيا ويحويه كتب الفقه والمتكفل به الفقهاء وهم علماء الدنيا 
yang pertama:  Berkaitan dengan kemaslahatan-kemaslahatan dunia dan itu ter­muat dalam kitab-kitab fiqh dan yang bertanggung jawab adalah para fuqaha'. Mereka adalah ulama dunia.
والثاني ما يتعلق بمصالح الآخرة وهو علم أحوال القلب وأخلاقه المحمودة والمذمومة وما هو مرضي عند الله تعالى وما هو مكروه وهو الذي يحويه الشطر الأخير من هذا الكتاب أعني جملة كتاب إحياء علوم الدين ومنه العلم بما يترشح من القلب على الجوارح في عباداتها وعاداتها وهو الذي يحويه الشطر الأول من هذا الكتاب
Yang kedua :Sesuatu yang berkaitan dengan kemaslahatan-kemaslahatan akhi­rat. Yaitu ilmu mengenai keadaan hati dan akhlaknya yang ter­puji dan tercela, sesuatu yang diridhai di sisi Allah Ta'ala dan sesuatu yang dibenciNya. Dan itulah yang dimuat oleh bagian akhir dari kitab ini, yakni jumlah kitab lhya' 'Ulumiddin. Dari pada­nya ilmu yang memancar dari hati ke anggauta-anggauta tubuh dalam ibadat dan kebiasaannya. Itulah yang dimuat oleh bagian pertama dari kitab ini.
 والضرب الثالث المقدمات وهي التي تجري منه مجرى الآلات كعلم اللغة والنحو فإنهما آلة لعلم كتاب الله تعالى وسنة نبيه صلى الله عليه وسلم
Yang ketiga :Muqaddimat (pendahuluan-pendahuluan) yaitu ilmu-ilmu yang ber­laku sebagai alat seperti ilmu bahasa dan tata bahasa karena kedua­nya itu merupakan alat bagi ilmu kitabullah Ta'ala (Al Qur'an) dan Sunnah Nabi Nya SAW.
وليست اللغة والنحو من العلوم الشرعية في أنفسهما ولكن يلزم الخوض فيهما بسبب الشرع إذ جاءت هذه الشريعة بلغة العرب وكل شريعة لا تظهر إلا بلغة فيصير تعلم تلك اللغة آلة ومن الآلات علم كتابة الخط إلا أن ذلك ليس ضروريا إذ كان رسول الله صلى الله عليه وسلم حديث كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أميي لا يحسن الكتابة أخرجه ابن مردويه في التفسير من حديث عبد الله بن عمر مرفوعا أنا محمد النبي الأمي وفيه ابن لهيعة ولابن حبان والدارقطني والحاكم والبيهقي وصححه من حديث ابن مسعود قولوا اللهم صل على محمد النبي الأمي وللبخاري من حديث البراء وأخذ الكتاب وليس محسن يكتب أميا ولو تصور استقلال الحفظ بجميع ما يسمع لاستغنى عن الكتابة ولكنه صار بحكم العجز في الغالب ضروريا ا
 Bahasa dan tata bahasa itu bukan­lah termasuk ke dalam golongan ilmu-ilmu Syari'at itu sendiri. Tetapi mendalami keduanya disebabkan Syara' karena Syari'at ini datang dengan bahasa Arab. Dan setiap Syari'at  tidak jelas kecuali dengan bahasa maka menjadilah bahasa itu sebagai alat. Terma­suk alat adalah ilmu menulis khath hanya saja itu tidak dharuri (pasti) karena Rasulullah SAW itu ummi (tidak dapat menulis dan membaca tulisan).2)
Seandainya terbayang kemerdekaan hafalan terhadap seluruh nya yang didengar maka tidak diperlukan tulisan. Tetapi biasanya hal itu pasti lemah.
أ الضرب الرابع المتممات وذلك في علم القرآن فإنه ينقسم إلى ما يتعلق باللفظ كتعلم القراءات ومخارج الحروف وإلى ما يتعلق بالمعنى كالتفسير فإن اعتماده أيضا على النقل إذ اللغة بمجردها لا تستقل به وإلى ما يتعلق بأحكامه كمعرفة الناسخ والمنسوخ والعام والخاص والنص والظاهر وكيفية استعمال البعض منه مع البعض وهو العلم الذي يسمى أصول الفقه ويتناول السنة أيضا
Yang ke empatPenyempurna-penyempurna, yaitu mengenai ilmu Al Qur'an. Itu terbagi kepada sesuatu yang berkaitan dengan lafal seperti bela­jar qira'at (bacaan Al Qur'an) dan makhraj-makhraj huruf. Dan kepada sesuatu yang berkaitan dengan ma'na seperti tafsir, karena bersandarnya juga kepada naql karena bahasa semata tidak dapat berdiri sendiri. Dan kepada sesuatu yang berkaitan dengan hukum-hukumnya seperti mengetahui nasikh dan mansukh, 'am dan khash, nash dan zhahir, dan cara mempergunakan sebagian dengan sebagian yang lain, itulah ilmu yang disebut ushul fiqh, dan juga menggarap Sunnah.
وأما المتممات في الآثار والأخبار فالعلم بالرجال وأسمائهم وأنسابهم وأسماء الصحابة وصفاتهم والعلم بالعدالة في الرواة والعلم بأحوالهم ليميز الضعيف عن القوي والعلم بأعمارهم ليميز المرسل عن المسند
Adapun penyempurna dalam atsar dan hadits maka ilmu me­ngenai rijal (periwayat hadits), nama dan nasab (keturunan) mereka, nama shahabat dan sifat-sifat mereka, mengetahui ke­adilan rawi dan keadaan mereka untuk membedakan yang lemah dari yang kuat, dan mengetahui umur mereka untuk membeda­kan mursal dari musnad.
وكذلك ما يتعلق به فهذه هي العلوم الشرعية وكلها محمودة بل كلها من فروض الكفايات
Demikian juga sesuatu yang berkaitan dengannya.
Ilmu-ilmu inilah ilmu-ilmu Syari'ah. Seluruhnya itu adalah ter­puji bahkan seluruhnya termasuk fardhu kifayah.
فإن قلت لم ألحقت الفقه بعلم الدنيا
jika kamu berta­nya "mengapakah engkau hubungkan fiqh kepada ilmu dunia dan engkau masukkan fuqaha' itu ke dalam ulama dunia ? ".
 فاعلم أن الله عز وجل أخرج آدم عليه السلام من التراب وأخرج ذريته من سلالة من طين ومن ماء دافق فأخرجهم من الأصلاب إلى الأرحام ومنها إلى الدنيا ثم إلى القبر ثم إلى العرض ثم إلى الجنة أو إلى النار فهذا مبدؤهم وهذا غايتهم وهذه منازلهم وخلق الدنيا زادا للمعاد ليتناول منها ما يصلح للتزود فلو تناولوها بالعدل لانقطعت الخصومات وتعطل الفقهاء ولكنهم تناولوها بالشهوات فتولدت منها الخصومات فمست الحاجة إلى سلطان يسوسهم واحتاج السلطان إلى قانون يسوسهم به
Maka jawab­anku adalah ketahuilah bahwasanya Allah 'Azza Wa Jalla menge­luarkan Adam as dari tanah, dan Dia mengeluarkan keturunannya dari inti sari dari tanah dan dari air yang memancar (mani). Dia menge­luarkan mereka dari tulang punggung ke rahim, dan dari rahim ke dunia. Kemudian ke kubur, ke penampilan (seluruh amal) kemudian ke syurga atau neraka. Ini permulaan mereka, ini kesudahan mereka, dan ini tempat tinggal mereka. Dia menjadikan dunia sebagai bekal untuk akhirat agar ia memperoleh apa yang baik untuk berbekal. Sean­dainya mereka memperolehnya dengan adil nikaya tidak ada perseng­ketaan-persengketaan, dan para fuqaha' akan menganggur. Tetapi mereka memperolehnya dengan syahwat maka dari padanya muncul­lah persengketaan-persengketaan. Lalu dirasakan kebutuhan kepada sultan yang memimpin mereka. Dan sultan itu membutuhkan kepada undang-undang yang memimpin mereka.
فالفقيه هو العالم بقانون السياسة وطريق التوسط بين الخلق إذا تنازعوا بحكم الشهوات
Faqih adalah orang yang pandai mengenai politik dan jalan menengahi antara manusia apa­bila berselisih karena hukum syahwat.
فكان الفقيه معلم السلطان ومرشده إلى طرق سياسة الخلق وضبطهم لينتظم باستقامتهم أمورهم في الدنيا
Faqih adalah guru dan penunjuk sultan ke jalan memimpin dan memberi pedoman manusia agar urusan-urusan mereka teratur karena istiqamah mereka di dunia.
ولعمري إنه متعلق أيضا بالدين لكن لا بنفسه بل بواسطة الدنيا فإن الدنيا مزرعة الآخرة
Demi umurku hal itu berkaitan juga dengan agama, tetapi tidak sendiri namun dengan perantaraan dunia, karena dunia adalah ladang akhirat.
ولا يتم الدين إلا بالدنيا
 Dan agama itu tidak sempurna kecuali dengan dunia.
والملك والدين توأمان

 Milik (dunia) dan agama adalah dua anak kem­bar.
فالدين أصل والسلطان حارس وما لا أصل له فمهدوم
Agama adalah asal dan sultan adalah penjaga. Sesuatu yang tidak mempunyai asal (pokok) maka sesuatu itu roboh,
وما لا حارس له فضائع ولا يتم الملك والضبط إلا بالسلطان وطريق الضبط في فصل الحكومات بالفقه وكما أن سياسة الخلق بالسلطنة ليس من علم الدين في الدرجة الأولى بل هو معين على ما لا يتم الدين إلا به
dan sesuatu yang tidak berpenjaga maka sesuatu itu sia-sia (hilang).

Milik dan pedo­man itu tidak sempurna kecuali dengan sultan. Jalan memberi pedo­man di bidang pemerintahan adalah dengan fiqh. Dan sebagaimana memimpin manusia dengan kesultanan (pemerintahan) pada perta­manya tidaklah termasuk ilmu agama, namun itu adalah penolong kepada sesuatu yang mana agama itu tidak sempurna kecuali dengannya.
فكذلك معرفة طريق السياسة فمعلوم أن الحج لا يتم إلا ببذرقة تحرس من العرب في الطريق ولكن الحج شيء وسلوك الطريق إلى الحج شيء ثان
Demikian juga mengetahui jalan politik. Maka di ketahui bahwa hajji itu tidak sempurna kecuali dengan pengawal yang menjaga dari bangsa Arab (dan orang-orang lain = pent) di jalan.

Tetapi hajji itu adalah sesuatu sedangkan menempuh jalan adalah sesuatu yang kedua (lain).
والقيام بالحراسة التي لا يتم الحج إلا بها شيء ثالث ومعرفة طرق الحراسة وحيلها وقوانينها شيء رابع وحاصل فن الفقه معرفة طرق السياسة والحراسة ويدل على ذلك ما روي مسندا
Melaksanakan penjagaan yang mana hajji itu tidak sempurna kecuali dengannya maka itu adalah sesuatu yang ketiga. Mengetahui jalan penjagaan, tipu daya dan undang-undangnya adalah sesuatu yang keempat. Hasil vak fiqih adalah mengetahui jalan-jalan politik dan penjagaan. Hal itu ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan dengan musnad
لا يفتي الناس إلا ثلاثة أمير أو مأمور أو متكلف حدث لا يفتي الناس إلا ثلاثة الحديث أخرجه ابن ماجه من رواية عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده بلفظ لا يقض على الناس وإسناده حسن
Artinya "Tidaklah manusia memberi fatwa kecuali tiga, yaitu : amir (orang yang memerintah), ma'mur (orang yang diperintah), atau m utakallaj' (orang yang diberi tugas) ". HR Ibnu Majah di riwayat Amr bin Syu'aih.
فالأمير هو الإمام وقد كانوا هم المفتون
Amir adalah imam dan mereka adalah para pemberi fatwa.
والمأمور نائبه

Ma'mur adalah pengganti/wakilnya.
والمتكلف غيرهما وهو الذي يتقلد تلك العهدة من غير حاجة
Sedangkan mutakallif adalah selain kedua orang itu, yaitu orang yang mengikuti perintah itu tanpa membutuhkan.
وقد كان الصحابة رضي الله عنهم يحترزون عن الفتوى حتى كان يحيل كل منهم على صاحبه وكانوا لا يحترزون إذا سئلوا عن علم القرآن وطريق الآخرة
Para shahabat ra itu menjaga dari berfatwa, sehingga masing-­masing seorang dari mereka mengalihkan kepada temannya. Sedangkan mereka tidak menjaga apabila mereka ditanya tentang ilmu Al Qur'an dan jalan akhirat.
وفي بعض الروايات بدل المتكلف المرائي فإن من تقلد خطر الفتوى وهو غير متعين للحاجة فلا يقصد به إلا طلب الجاه والمال
 Dan dalam sebagian riwayat ganti mutakallif ada­lah orang yang riya'. Sesungguhnya orang yang ikut-ikutan memberi fatwa pada hal ia tidak ditunjuk untuk keperluan itu maka ia tidak bermaksud dengannya itu kecuali mencari pangkat dan harta.
فإن قلت هذا إن استقام لك في أحكام الجراحات والحدود والغرامات وفصل الخصومات فلا يستقيم فيما يشتمل عليه ربع العبادات من الصيام والصلاة ولا فيما يشتمل عليه ربع العادات من المعاملات من بيان الحلال والحرام
Jika kamu berkata : "Ini, jika benar bagimu mengenai hukum pelukaan, had-had, pinjam-meminjam dan memutuskan persengke­taan-persengketaan maka tidak benar hal itu termasuk dalam apa yang terkandung oleh rubu' ibadat dari puasa dan shalat; dan tidak dalam apa yang terkandung oleh rubu' adat kebiasaan dari mu'amalat dari keterangan halal dan haram.
فاعلم أن أقرب ما يتكلم الفقيه فيه من الأعمال التي هي أعمال الآخرة ثلاثة
Ketahuilah bahwa sedekat-dekat apa yang dibicarakan oleh fakih dari amal-amal akhirat ada tiga,
الإسلام والصلاة والزكاة والحلال والحرام فإذا تأملت منتهى نظر الفقيه فيها علمت أنه لا يجاوز حدود الدنيا إلى الآخرة
yaitu : Islam, zakat dan halal-haram. Apabila kamu renungkan puncak penalaran fakih padanya maka kamu mengetahui bahwasanya ia tidak melampaui batas-batas dunia ke akhirat.
وإذا عرفت هذا في هذه الثلاثة فهو في غيرها أظهر

Apabila kamu mengetahui hal ini dalam tiga hal itu maka menge­nai lainnya lebih jelas.
أما الإسلام فيتكلم الفقيه فيما يصح منه وفيما يفسد وفي شروطه وليس يلتفت فيه إلا إلى اللسان وأما القلب فخارج عن ولاية الفقيه
Adapun Islam maka fakih akan berbicara mengenai apa yang sah (benar) dari padanya dan mengenai apa yang rusak. Dan mengenai syarat-syaratnya. Dan fakih itu tidak menoleh padanya kecuali kepada lidah. Adapun hati maka itu keluar dari wilayah fakih, karena Ra­sulullah SAW memalingkan pemilik pedang dan kekuasaan dari pada­nya,
لعزل رسول الله صلى الله عليه وسلم أرباب السيوف والسلطنة عنه حيث قال هلا شققت عن قلبه حديث هلا شققت عن قلبه أخرجه مسلم من حديث أسامة بن زيد للذي قتل من تكلم بكلمة الإسلام معتذرا بأنه قال ذلك من خوف السيف
sekiranya beliau bersabda :

Artinya : "Mengapakah tidak kamu keluarkan dari hatinya ?'4
4)  H.R. Muslim dari hadits Usamah bin Zaid.

بل يحكم الفقيه بصحة الإسلام تحت ظلال السيوف

Kepada orang yang membunuh orang yang mengucapkan kata-kata Islam, dengan alasan bahwa orang tersebut mengatakan kata-kata itu karena takut pedang. Bahkan fakih itu menghukumi sahnya Islam di bawah naungan pedang.
 مع أنه يعلم أن السيف لم يكشف له عن نيته ولم يدفع عن قلبه غشاوة الجهل والحيرة ولكنه مثير على صاحب السيف فإن السيف ممتد إلى رقبته واليد ممتدة إلى ماله وهذه الكلمة باللسان تعصم رقبته وماله ما دام له رقبة ومال وذلك في الدنيا
 Dalam pada itu ia mengetahui bahwa pedang itu tidak menyingkapkan niatnya dan tidak dapat menolak tutup kebo­dohan dan kebingungan. Tetapi kata-kata itu berisyarat kepada pemi­lik pedang. Sesungguhnya pedang itu menjulur ke tengkuknya dan Langan menjulur ke hartanya. Kata-kata ini (Islam) dengan lidah meme­lihara tengkuk dan hartanya selama tengkuk dan harta itu miliknya. Itu di dunia.
 ولذلك قال صلى الله عليه وسلم أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله فإذا قالوها فقد عصموا مني دماءهم وأموالهم حديث أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله الحديث متفق عليه من حديث أبي هريرة وعمر وابن عمر جعل أثر ذلك في الدم والمال 
 Oleh karena itu

beliau SAW bersabda
Artinya "Saya disuruh untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan 'tidak ada Tuhan melainkan Allah'. Apabila mereka mengucapkannya maka mereka terjaga dari saga akan darah dan harta mereka".5)
5)  Muttafaq 'alaih dari hadits Abu Hurairah dan Amr bin Umar.

 
Ucapan itu (tidak ada Tuhan melainkan Allah) berpengaruh terha­dap darah dan harta.
وأما الآخرة فلا تنفع فيها الأموال بل أنوار القلوب وأسرارها وإخلاصها وليس ذلك من الفقه وإن خاض الفقيه فيه كان كما لو خاض في الكلام والطب وكان خارجا عن فنه
Adapun di akhirat maka harta benda itu tidak berguna namun cahaya hati, rahasia dan keikhlasannya. Hal itu tidak termasuk lapangan fiqh. Jika seorang fakih menyelami terhadapnya maka ia seba­gaimana kalau ia menyelami terhadap ilmu kalam dan kedokteran. Dan ia keluar dari lapangannya
.وأما الصلاة فالفقيه يفتي بالصحة إذا أتى بصورة الأعمال مع ظاهر الشروط وإن كان غافلا في جميع صلاته من أولها إلى آخرها مشغولا بالتفكير في حساب معاملاته في السوق إلا عند التكبير وهذه الصلاة لا تنفع في الآخرة كما أن القول باللسان في الإسلام لا ينفع
Adapun shalat maka fakih berfatwa dengan sah apabila sese­orang melakukan dengan bentuk amal-amal serta syarat-syaratnya yang lahir meskipun ia lalai dalam seluruh ' shalatnya, sejak awal sampai akhir karena ia disibukkan oleh pikiran tentang perhitungan mu'amalahnya di pasar kecuali ketika takbiratul ihram. Shalat ini diakhirat tidak berguna, sebagaimana perkataan dengan lidah mengenai Islam itu tidak bermanfa'at.
ولكن الفقيه يفتي بالصحة أي أن ما فعله حصل به امتثال صيغة الأمر وانقطع به عنه القتل والتعزير
Tetapi fakih berfatwa dengan sah yakni bahwasanya dengan apa yang dilakukan itu ia telah hasil mengikuti perintah, dan dengannya terputuslah pembunuhan dan ta'zir dari orang tersebut.
فأما الخشوع وإحضار القلب الذي هو عمل الآخرة وبه ينفع العمل الظاهر لا يتعرض له الفقيه ولو تعرض له لكان خارجا عن فنه
Adapun khusyu' dan hadirnya hati yang menjadi amal akhirat dan dengannya bermanfa'atlah amal yang lahir maka tidak dihadapi oleh fakih. Dan seandainya ia menghadapinya maka ia keluar dari lapangannya.
وأما الزكاة فالفقيه ينظر إلى ما يقطع به مطالبة السلطان حتى إنه إذا امتنع عن أدائها فأخذها السلطان قهرا حكم بأنه برئت ذمته وحكى أن أبا يوسف القاضي كان يهب ماله لزوجته آخر الحول ويستوهب مالها إسقاطا للزكاة
Adapun zakat maka fakih memandang kepada apa yang dapat diputuskan oleh tuntutan sultan sehingga apabila ia (orang yang kewa­jiban zakat) mencegah untuk menunaikannya maka sultan me­mungutnya dengan paksaan, dengan hukum sultan itu melepaskan tanggungannya.
فحكي ذلك لأبي حنيفة رحمه الله فقال ذلك من فقهه وصدق فإن ذلك من فقه الدنيا ولكن مضرته في الآخرة أعظم من كل جناية
Dihikayatkan bahwa Abu Yusuf, seorang hakim memberikan har­tanya kepada isterinya di akhir tahun dan ia minta diberi harta iste­rinya (pada akhir tahun berikutnya = pent) untuk menggugurkan zakat.

Lalu hal itu dihikayatkan kepada Abu Hanifah rahimahullah. la (Abu Hanifah) mengatakan bahwa hal itu dari fakihnya, dan ia benar. Karena sesungguhnya itu dari fiqh dunia.

Tetapi madharatnya di akhirat adalah lebih besar dari pada setiap tindak kejahatan.
ومثل هذا هو العلم الضار
Seperti ini adalah ilmu yang memadharatkan.
وأما الحلال والحرام فالورع عن الحرام من الدين 
Adapun halal dan haram maka wara' (menjauhi) dari yang haram maka itu termasuk dalam agama.
ولكن الورع له أربع مراتب الأولى الورع الذي يشترط في عدالة الشهادة وهو الذي يخرج بتركه الإنسان عن أهلية الشهادة والقضاء والولاية وهو الاحتراز عن الحرام الظاهر
Tetapi wara' itu ada empat tingkatan, yaitu :
a. Wara' yang disyaratkan dalam keadilan saksi, dan itu yang dengan meninggalkannya maka seorang manusia keluar dari ahliyyatusy syahadah, wal qadhaya wal wilayah (hak untuk men­jadi saksi, hakim dan wali). Yaitu memelihara diri dari haram yang jelas.

dilanjutkan ...Terjemah ihya ulumiddin jilid 1 bab 2 tentang penjelasan ilmu yang fardhu bag.2 kifayah,.................................