Showing posts with label Budi pekerti Imam Abu Hanifah. Show all posts
Showing posts with label Budi pekerti Imam Abu Hanifah. Show all posts

Wednesday, November 30, 2011

terjemah ihya ulumuddin,bab 2 : Budi pekerti Imam Abu Hanifah

Budi pekerti Imam Abu Hanifah
Adapun Abu Hanifah rahimahullah Ta'ala juga seorang yang 'abid (ahli ibadah) yang zuhud dan ma'rifat kepada Allah Ta'ala karena takut kepadaNya dan dengan ilmunya ia berkemauan memperoleh ridha Allah Ta'ala.

Adapun keadaannya sebagai seorang yang ahli beribadah maka dapat diketahui dengan apa yang diriwayatkan dari Ibnu Abdil Muba­rak bahwasanya ia berkata bahwasanya Abu Hanifah rahimahullah Ta'ala itu seorang yang muru'ah (menjaga nilai kemanusiaannya untuk tetap pada akhlak yang mulia) dan banyak shalat.

Hammad bin Abi Salman meriwayatkan bahwasanya ia (Abu Hanifah) menghidupkan seluruh malamnya. Dan diriwayatkan bah wasanya ia menghidupkan separoh malam.
Pada suatu hari ia lewat di jalan lalu ada seseorang menunjuk kepadanya sambil berjalan dan berkata kepada orang lain : "Inilah orang yang menghidupkan selu­ruh malamnya".

Setelah itu ia menghidupkan seluruh malamnya dan ia berkata! "Saya malu kepada Allah Yang Maha Suci untuk disifati dengan ibadah yang tidak ada padaku".

Adapun zuhudnya maka telah diriwayatkan dari Rabi' bin Ashim berkata : "Yazid bin Umar bin Hubairah mengutusku lalu saya menghadap, kepada Abu Hanifah, karena Yazid menghendaki agar Abu Hanifah menjabat penguasa baitul mal. Namun Abu Hanifah meno­lak maka ia dipukul dua puluh kali dengan cambuk.

Lihatlah bagai­mana ia lari dari kekuasaan dan mau menanggung siksaan.

Hakam bin Hisyam Ats Tsaqafi berkata : "Saya di Syam dice­ritai sebuah ceritera tentang Abu Hanifah bahwasanya ia tergolong manusia yang paling besar amanatnya dan Sultan menghendaki agar ia memegang kunci perbendaharaannya atau memukul punggungnya. Lalu ia memilih siksaan mereka (Sultan dan petugas) kepadanya dari pada siksaan Allah Ta'ala.

Dan diriwayatkan bahwasanya disebutkan Abu Hanifah di sisi Ibnul Mubarak lalu Ibnul Mubarak berkata : "Apakah kamu seka­lian ingat seorang laki-laki yang ditawarkan kepadanya dunia dengan keseluruhannya lalu ia lari dari padanya".

Dan diriwayatkan dari Muhammad bin Syuja' dari sebagian teman-temannya bahwasanya dikatakan kepada Abu Hanifah : "Amirul mu'minin Abu Ja'far Al Manshur telah memerintahkan kepa­damu dengan sepuluh ribu dirham". Ia berkata : "Abu Hanifah tidak rela". Maka pada hari yang diperkirakan harta itu akan diberikan kepadanya, ia shalat Shubuh kemudian menutup badannya dengan kainnya dan tidak berkata. Lalu utusan Hasan bin Quhthubah mem­bawa harta, dan masuk kepadanya namun ia tidak berkata kepada­nya. Berkatalah sebagian orang yang Nadir : "Ia tidak berkata kepada kita kecuali kata demi kata" yakni itulah kebiasaannya. la (Abu Hani­fah) berkata : "Letakkanlah uang itu di gereba ini di sudut rumah ! ". Kemudian setelah itu Abu Hanifah berwasiat mengenai harta benda rumahnya. la berkata kepada anak laki-lakinya : "Apabila saya mati dan kalian telah menguburku maka ambillah uang puluhan ribu dirham ini dan bawalah kepada Hasan bin Quhthubah lalu katakan­lah kepadanya : "Ambillah titipanmu yang telah engkau titipkan kepada Abu Hanifah". Anak laki-lakinya berkata : "Lalu saya melaksanakan hal itu". Hasan berkata : "Semoga rahmat Allah atas ayahmu. la sungguh ketat terhadap agamanya".

Dan diriwayatkan bahwasanya ia dipanggil untuk menjabat hakim. Lalu ia berkata : "Saya tidak pantas untuk jabatan) ini". Maka dita­nyakan kepadanya : "Mengapakah ?" Lalu ia menjawab: "Jika saya benar maka saya tidak pantas untuknya. Dan jika saya dusta maka orang yang dusta itu tidak pantas untuk menjabat hakim".

Adapun ilmunya mengenai jalan akhirat, jalan urusan agama dan ma'rifatnya kepada Allah 'Azza Wa Jalla maka ditunjukkan oleh sangat takutnya kepada Allah Ta'ala dan zuhudnya terhadap dunia.

Ibnu Juraij berkata : "Telah sampai kepadaku tentang orang Kufahmu, bahwasanya Nu'man bin Tsabit ini adalah orang yang sangat takut kepada Allah Ta'ala.

Syarik An Nakha'i berkata : "Abu Hanifah itu lama diamnya, terus menerus berfikir dan sedikit berbicara kepada manusia". Ini ada­lah tanda-tanda yang paling jelas atas ilmu batin dan sibuk dengan urusan-urusan agama yang penting.

Barang siapa yang dikarunia diam dan zuhud maka ia telah dikaruniai seluruh ilmu. Inilah sekelumit dari peri keadaan tiga orang imam.

Adapun pengikut Imam Ahmad bin Hambal dan Sufyan At Tsauri rahimahullah Ta'ala adalah lebih sedikit dari pada mereka. Sedangkan pengikut Sufyan adalah lebih sedikit dari pada pengikut Ahmad. Akan tetapi kemasyhuan tentang wara' dan zuhud keduanya itu lebih nyata.

Seluruh kitab ini dipenuhi oleh hikayat perbuatan dan perkataan keduanya. Namun sekarang tidak dibutuhkan perinciannya. Sekarang lihatlah tentang perjalanan tiga orang Imam itu dan renungkanlah bahwa peri keadaan ini, perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan dalam berpaling dari dunia dan semata-mata beribadah kepada Allah 'Azza Wa Jalla, apakah dibuahkan oleh semata-mata ilmu dengan cabang-cabang fiqh dari pengetahuan salam jual beli pesanan), sewa menyewa, zhihar, ila' dan li’an ataukah dibuahkan oleh ilmu lain yang lebih tinggi dan lebih mulia dari padanya. Lihatlah orang-orang yang mengaku mengikuti mereka (imam-imam), apakah mereka benar dalam pengakuan mereka atau tidak ?
dilanjutkan bab tiga  (3) 
BAB TIGA
TENTANG ILMU-ILMU YANG TERPUJI MENURUT
ORANG-ORANG UMUM PADAHAL TIDAK TERMASUK
ILMU-ILMU YANG TERPUJI. DAN DI DALAMNYATERDAPAT PENJELASAN SEGI YANG KARENANYAKADANG-KADANG SEBAGIAN ILMU-ILMU ITU TERCELA,PENJELASAN PENGGANTIAN ILMU-ILMU YANG TERTINGGIYAITU FIQH, ILMU, TAUHID, TADZKIR DAN HIKMAH.DAN PENJELASAN TINGKAT YANG TERPUJI
DAN YANG TERCELA DARI ILMU - ILMU SYARI'AT